Skip to main content

Posts

Impact of Agrarian Change in Indonesia

Indonesia is a country that is facing a number of challenges related to food security and social protection, particularly in the context of agrarian change. On one hand, the country has seen an increase in agricultural productivity and exports, which has contributed to economic growth and development. On the other hand, this agrarian change has also led to a number of paradoxes, including a decline in food security and social protection for many of the country's most vulnerable citizens. One of the main drivers of agrarian change in Indonesia is the expansion of commercial agriculture, particularly in the form of large-scale oil palm and pulpwood plantations. This expansion has brought significant economic benefits to the country, including increased exports, foreign investment, and job creation. However, it has also led to the displacement of smallholder farmers, the destruction of natural habitats, and the loss of traditional livelihoods. This has had a negative impact on food se
Recent posts

4 Pelajaran Terbaik yang Saya Dapatkan di 30DWC Jilid 34

Rabu, 19 Januari 2022 adalah akhir dari tantangan 30 hari menulis tanpa henti. Kami menyebutnya 30DWC (30 Days Writing Challenge ). Kegiatan yang saya ikuti ini sudah sampai pada jilid ke 34. Program 30DWC ini dirancang untuk melatih kebiasaan menulis bagi mereka yang mau membiasakan diri menulis.  Saya mengikuti 30DWC ini karena memang ingin menantang diri saya sendiri. Apakah saya bisa menulis setiap hari tanpa henti? Ya, ternyata saya bisa. Selama sembilan hari saya sangat bersemangat. Setiap hari saya mengunggah tulisan di blog pribadi. Tercatat ada 2 tulisan non fiksi dan tujuh tulisan fiksi berupa cerpen bersambung. Namun, konsistensi menulis itu hanya bertahan sampai hari kesembilan. Memasuki hari kesepuluh, saya sudah tidak sanggup. Kemudian mundur secara konsisten dan menghilang ditelan kesibukan.  Enam hari menjelang berakhirnya 30DWC, semangat menulis kembali muncul karena dorongan dari teman-teman. Saya lalu menyemangati diri sendiri, bahwa saya bisa menuntaskan perjalanan

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup. Hari dem

Hilangnya HP Pertama di Kopaja 86

Mendengar kata hilang, ada satu peristiwa yang selalu saya ingat. Saya kehilangan HP pertama, Siemens SL45 di Kopaja 86 jurusan Lebak Bulus - Kota. Siemens SL45 adalah salah satu HP keren di zamannya. Ini adalah HP pertama saya. HP ini saya beli hasil mengumpulkan honor asisten dosen di kampus. Status HP tersebut ketika saya gunakan adalah second hand. Bukan barang baru. Tapi teknologi HP ini di tahun 2004 sudah keren. Ada fasilitas infrared, slot penyimpan memori SD card dan casing alumunium metalik. Sepintas HP ini terkesan berkelas.  Siemens SL45 hilang di Kopaja 86 jurusan Lebak Bulu - Kota. Saat itu saya masih culun. Pendatang baru dari Jogja yang tidak tahu betapa jahatnya ibukota. HP seperti biasanya saya gantung di pinggang. Saya naik dari Slipi. Kondisi Kopaja saat itu penuh. Saya naik tanpa prasangka buruk. HP tetap tergantung di pinggang. Selama berdiri berhimpitan itu, perasaan sudah tidak nyaman. Sepertinya ada yang merogoh HP. Tapi saya abaikan prasangka itu. Well, masih

6 Jam: Jelajah Brussel Bersama Teman

Petualangan di Brussel dimulai ketika kami tiba di stasiun pusat Brussel yang mewah. Arsitektur bangunannya berbeda sekali dengan stasiun Utrecht yang cenderung minimalis. Kami memiliki waktu sekitar 6 jam untuk menjelajah Brussel. Kebetulan saat itu ada kenalan teman, dia orang Indonesia yang kuliah di Brussel. Jadi bersama teman baru ini, saya dan rombongan menjelajah kota Brussel. Penjelajahan banyak dilakukan dengan berjalan kaki. Kapan lagi bisa menikmati trotoar Belgia yang ramah pejalan kaki? Padahal di balik itu, memang kami pengiritan. Kami bertualang ala backpaker. Tujuan kami adalah mencari patung Manneken Piss dan mengunjungi museum Tintin. Patung Manneken Piss Patung ini berada di pusat wisata Brussel. Tidak jauh dari Grand Palace Brussel, sebuah bangunan istana megah abad ke 14. Gedung-gedung di sekitar Grand Palace ini sangat megah dan mewah membuat saya terperangah. Belum lagi jalannya yang menggunakan cobble stone. Semua nampak artistik dan unik. Perjalan mencari Manne

Menembus Batas Belanda: Belgia

Konon katanya, bila kita berada di Eropa, maka dengan mudah kita bisa berpindah negara dalam hitungan jam. Hal ini didukung oleh faktor geografis Belanda yang berbatasan dengan banyak negara. Selain itu adanya kebijakan satu visa Schengen. Tidak harus masuk melalui Belanda. Selama kita masuk Eropa melalui negara anggota Schengen, maka visa tersebut berlaku di 26 negara Eropa lainnya. Tawaran yang menyenangkan bukan? Kesempatan emas ini jangan sampai lepas. Rombongan kami yang terdiri atas 18 orang dari Indonesia sudah mengatur rencana perjalanan jelajah Eropa. Masa tinggal dan uang kami terbatas. Karena itu, kami harus berhitung cermat untuk mengunjungi negara mana saja dengan sisa waktu dan uang yang ada. Pilihan pertama adalah Belgia. Belgia di barat daya Utrecht. Jarak dari Utrecht sekitar 175 Km. Pilihan moda transportasi yang dipilih adalah kereta api. Kereta api merupakan pilihan yang sangat tepat bila akan bepergian lintas negara Eropa. Sepanjang perjalanan kita bisa menikmati p

Tante Rica

Perjalanan ke Belanda pada awalnya adalah perjalanan studi. Tapi siapa sangka di setiap perjalanan akan mendapatkan kejutan. Selain bertemu teman kuliah yang menetap di Utrecht, ternyata saya memiliki kerabat jauh. Namanya, Tante Rica Seum. Tante Rica adalah kerabat jauh dari ayah saya dari Papua. Cerita yang saya dengar dari beliau, Tante Rica meninggalkan Papua ke Belanda ketika ada exodus besar-besaran ketika "integrasi" Papua dengan Indonesia pasca Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969. PEPERA menjadi titik awal terbentuknya kelompok yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. Beberapa artikel menyebut bahwa PEPERA sudah ditunggangi kepentingan "Jakarta."  Sebagai akibat dari ketidak puasan tersebut, beberapa orang Papua yang berafiliasi dekat dengan Belanda memilih exodus dengan alasan keamanan. Maklum, pada saat itu, bagi yang terindikasi memiliki kedekatan dengan Belanda tentu akan mendapatkan perlakukan sadis dari militer. Minimal dipenjara, dan paling sadisny